Setiap orangtua pasti senang dan bahagia melihat anaknya tumbuh sehat dan aktif dari hari ke haril. Sedari bayi kita sudah merawat si kecil dengan penuh kasih, sampai menuju fase batita hingga balita. Saat masih bayi, mungkin anak belum terlihat rewel.

Namun ketika sudah masuk usia balita, umumnya anak akan memasuki fase tantrum. Bagi para orangtua baru, tak jarang mereka akan kaget dan panik.

Termasuk saya yang sebagai orangtua baru awalnya agak kuatir saat anak saya yang berusia 2,5 tahun mulai tantrum. Namun karena sekarang sudah banyak informasi yang bisa kita dapat dari internet, jadinya saya bisa mencari tahu penyebab dan cara menangani anak tantrum. 

Dari berbagai sumber dan pengalaman yang saya dapatkan sendiri, saya jadi tahu bahwa secara garis besar, fase tantrum sangat lumrah terjadi pada anak usia 2 tahun ke atas. Hal ini akan selalu terjadi sampai nantinya anak kita sudah mulai bisa mengkomunikasikan kepada kita apa yang menyebabkan dirinya emosi.

Anak menjadi rewel karena dia belum tahu bagaimana cara mengontrol emosi dan bagaimana cara mengungkapkannya. Langkah kita sebagai orangtua akan memegang peranan penting dalam pembentukan karakter si anak nantinya sampai ia dewasa. 

Lalu apakah yang harus kita lakukan ketika anak sedang dalam fase tantrum? Untuk para orangtua, cobalah untuk melakukan langkah-langkah berikut ini:

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah tenangkan diri Anda terlebih dahulu. Tarik napas agar oksigen dapat masuk ke otak dan membuat pikiran menjadi lebih tenang.

Jangan memarahi anak yang sedang tantrum karena akan berdampak buruk pada mentalnya. Biarkan sejenak anak meluapkan emosinya dengan menangis sambil kita perhatikan dengan tenang.

Saat tangisan anak mulai reda, peluklah ia dan tatap matanya sambil tanyakan dengan lembut dan tenang. Apa yang membuatnya menangis. Kalau anak menginginkan sesuatu, jangan semerta-merta kita mengabulkannya. Anak akan berpikir bahwa semua keinginannya akan tercapai dengan cara menangis. 

Bila anak tetap menangis dan ngotot, peluk terus sambil alihkan perhatiannya dengan bercanda atau mengajaknya bermain, lakukan hal ini sampai tangisan anak berhenti.

Bila emosi anak sudah stabil, ajarkan pelan-pelan pada anak kita bahwa menangis bukan cara untuk mendapatkan sesuatu. Ajarkan bahwa mintalah sesuatu dengan mengatakan secara langsung, bukan dengan merengek. 

Cara ini sudah saya terapkan sendiri, dan ternyata sangat ampuh. Intinya adalah menghadapi kerewelan anak harus dengan kepala dingin dan sabar.

Selamat mencoba ya.


Tulisan Ini Dikirim Oleh: Klarissa Panjaitan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here